BERSYUKUR KUNCI JITU MENGHADAPI MUSIBAH
Sebenarnya
aku enggan menulis tentang musibah. Bagiku musibah itu adalah sebuah sudut
pandang seseorang dan bagaimana cara mensikapinya. Tetapi akhirnya aku menulis
juga dengan niat berbagi cerita dan agar orang lain bisa mengambil hikmah dari
cerita hidupku.
---------------------------------------------
“Musibah”
masa remajaku adalah ketika aku dua kali
tidak lolos masuk ke PTN. Sebagai remaja tahun 80-an yang baru lulus SMA, masuk
PTN adalah sebuah “prestige”. Rasanya…wow banget kalo bisa kuliah di PTN sesuai
cita-cita. Mau tahu cita-citaku ? Jadi… insinyur pertanian ! Tapi apa daya,
cita-cita tak terwujud. Kecewa ? Sangat !
Ibu bapakku
adalah orang yang luar biasa, beliau berdua
terus menyemangati dan merayuku untuk berganti cita-cita. 24 jam selama
12 bulan, doa dan semangat selalu beliau berdua curahkan untukku.
“Nduk…untuk sukses itu tidak harus sesuai
cita-cita. Dirimu tidak bisa menjadi insinyur pertanian saat ini, tapi dirimu
bisa menjadikan orang lain menjadi insinyur pertanian, dokter ataupun orang
sukses yang lain. Sudah jangan sedih, ayo diantar bapak ndaftar di Universitas
Muhammadiyah Surabaya saja. Kamu jadi guru saja”. “ Perempuan iu cocoknya jadi
guru, kalau tidak ngajari orang lain, ya jadi guru untuk anak-anaknya, kata
ibuku”. Yo wislah… mungkin sudah takdirku untuk jadi guru.
Akupun
belajar melihat “musibah” dari sisi yang lain. Aku coba menikmati masa kuliah
dengan segala hiruk pikuknya. Hmm…
Binar kebanggaan kulihat diwajah ibu bapakku
ketika wisuda sarjanaku. Alhamdulillah… “Musibah” menjadi berkah. Akupun
mengajar di SMP Muhammadiyah, dan … bapakku dengan bahagianya mengantar dan
menjemput aku mengajar. “Anakku dadi guru”…itu yang selalu dikatakan kepada
siapa saja yang dikenalnya. “Matur nuwun pak…”
Tahun
2000-an masih jarang orang kuliah S2, ibuku selalu berkata…”Kamu ga pengen
kuliah lagi ta ? Ambil S2 biar muridmu tambah pinter”. “Ga dululah bu, aku
masih pengen bersenang-senang, wis kadung seneng dadi guru lho…”. ( edisi males
mikir J )
Keinginan
ibu terwujud disaat beliau sudah tiada. Aku mendapat beasiswa S2 untuk bidang
Pendidikan Islam. Saat sesi wawancara aku ditanya…“apa motivasi anda untuk
kuliah lagi ?”. “Mewujudkan wasiat ibu agar murid-murid saya lebih pinter”,
jawabku.
Hari
berganti bulan, bulan berganti tahun, disaat aku sedang menulis tesis, eh… aku
dapat beasiswa lagi. Dimana ??? Di PTN ternama di Surabaya…UNAIR di jurusan
Saint Psikologi. “Maka nikmat Allah manakah yang engkau dustakan”.,.
Subhanallah ! Keinginan masa remajaku diwujudkan Allah swt ketika aku sudah
tidak remaja lagi. Amazing…
------------------------------------------------
Masa
kuliah yang mengharu biru.
Aku harus mengajar, menulis tesis dan mengawali
kuliah ( dengan ilmu baru bagiku ), menjadi istri dan menjadi ibu bagi putri
semata wayangku dimasa “golden age”nya. Hadew… Masa perjuangan.
Karena
banyak yang harus dikerjakan, aku hanya bisa mengantar dan menjemput sekolah
anakku hanya di hari Sabtu. Disuatu hari, ada sesama wali murid yang bertanya
pada suamiku …”Pak, yang suka njemput di hari Sabtu itu, ibunya apa neneknya ?
What ??? Wkwkwkw…Ngakak guling guling deh…”Musibah”
-------------------------------------------------
Pembaca,
disaat kita menerima “musibah”, cobalah untuk melihat dari sudut pandang atau
sisi yang lain. Memang tidak mudah dan kita butuh waktu untuk mensikapinya.
Ketika “musibah” itu datang… kecewa, sedih, duka lara dan tangis pastilah ada.
Setelah itu, mari kita lihat, baca dan sadari bahwa ada orang lain yang lebih
berat “musibah”nya daripada kita. Cobalah menata hati dengan mensyukuri apa
yang masih Allah swt berikan kepada kita. Suami, istri, anak, rumah, harta
benda atau apapun itu… syukurilah. Suatu hari, Allah swt pasti akan mengganti
“musibah” itu dengan kebahagiaan. Mungkin bukan kita yang menikmatinya tetapi
anak cucu kita kelak yang akan menikmatinya.
Bersyukur
adalah kunci dalam menghadapi “musibah” maka berdamailah dengan “musibah”
dengan cara mensyukurinya.
-------------------------------------------------
Surabaya, 31 Agustus 2020
23.30 wib.
Comments
Post a Comment